KAMKA dan Pelestarian Budaya Karo
ilustrasi (sumber) |
Syaad Afifuddin Sembiring mengatakan, secara turun-temurun Karo memiliki kesenian, ada yang menyatu dengan ritus tradisi tapi ada yang terpisah. Ia menunjuk Tari Mulih-mulih, Tari Tungkat, Tari Erpangir ku lau, Tari Baka, Tari Begu Deleng, Tari Muncang. "Bahkan ada tari kebudayaan Karo yang terkait olahraga karena hanya dapat dilakonkan pendikkar yang dinamai Tari Ndikkar atau Tari Mayan," paparnya sambil mengatakan tarian sejenis juga berkembang di Amerika Latin. "Tari sejenis justru diimpor sejumlah kelas menengah orang di kota besar dunia yakni Capoera. Orang kota bilang olahraga Capoera Brasil."
Menurutnya, KAMKA Sumut telah melakukan hal serupa di Asrama Haji Pangkalan Masyhur Medan, Kamis, 13 Agustus 2015 dalam maksud melestarikan kesenian leluhur. Bahkan, ujarnya, bersamaan kegiatan tersebut dirangkai dengan pameran kuliner khas Karo yakni Artha Ulina Br Surbakti. "Sekarang, para pemuda Karo diminta ikut terlibat aktif dalam pelestarian. Cara itu dimaksudkan mentransfer pemahaman soal budaya leluhur yang harus diketahui, dilakoni generasi muda hingga ke depannya warisan leluhur tersebut tidak lekang dimakan zaman."
Ia menyebut kuliner khas seperti gule kuta-kuta, cimpa tuang, cimpa, labar, trites dan cipera manuk. "Banyak makanan khas Karo yang sudah jarang atau hanya dihidangkan dalam satu acara spesial seperti kerja tahun. Saatnya dihidangkan dalam acara nonrutin."
Syaad Afifuddin bilang, ada juga sejumlah kesenian terkait hiburan bagi anak-anak muda tapi memiliki kearifan lokal. Mulai dari ritus tradisi yang diiringi dengan kulcapi seperti Topeng Gundala-gundala. â€Å“Kesenian tersebut konon berasal dari Seberaya dan Lingga tapi sudah jadi bagian menyatu dengan orang Karo!"
Ketua DPP PMS Mbelin S Brahmana menyambut gembira ajakan dimaksud dan sesegeranya mengapresiasi. (sumber)
Post a Comment